Panduan Bisnis On-Line untuk Pemula (Recommended)

Pernah dengan ttng Bisnis On-Line? Pernah dengar ada pebisnis On-LIne yang mendapatkan uang puluhan juta perbulan dari bisnis ini? Semua itu diawalai dengan proses belajar. Tida ada yang instan. Kami menawarkan sebuah program yang akan membimbing Anda menjadi pebisnis on-line yang handal. Program kami, InsyaAllah dijamin berhasil dan bergaransi. Dibimbing secara langsung oleh pakar yang sudah berpengalaman selama 100 hari (GRATIS via email) Penasarannn...! Silahkan bergabung di PANDUAN BISNIS ON-LINEDIJAMIN, Anda tidak akan merasa rugi.
info lowongan kerja terbaru - kerja di rumah

Saturday, July 19, 2008

Kerja Praktek Lapang, Haruskah di Makassar???

Hal mengenai masalah Kerja Praktek Lapang mahasiswa STMIK di Makassar sebenarnya telah saya dengan sejak tanggal 2 Mei 2008. Informasi ini tersebar di internet, terutama di semua alumni dan mahasiswa Teknik Elektro Universitas Hasanuddin yang menjadi anggota mailing list IATEL (Ikatan Alumni Teknik Elektro) Unhas , ketika pak Tahir Ali (tahir(at)unhas.ac.id, memposting sebuah email di milis. Email tersebut ber-subject: Mahasiawa Tidore, (pada email asli, subjeknya menggunakan Mahasiawa).

Sebenarnya isi email itu bukan bertujuan untuk memberitakan tentang apa yang telah terjadi dengan mahasiswa STIMIK-TM di Makassar, tetapi bahan diskusi perbandingan kondisi berbagai mahasiswa di belahan Indonesia. Cuma kebetulan pada saat itu, ada beberapa mahasiswa STMIK-TM yang lagi mengadakan Kerja Praktek Lapang di PTIK (pusat Teknologi Informasi Komunikasi(?)) Unhas yang dipinpin oleh Pak Tahir. Maka jadilah mereka sebagai contoh real dari masalah yang jadi topik pembicaraan. Berikut ini sebagian dari email tersebut:

…….. Saya mau "nangis", kenapa? Sekarang ini lagi KKL mahasiswa STIMIK dari Tidore.....
Waktu saya cek ilmu IT-nya aduh kasihan, hampir tidak ada yang mereka dapat dari kuliah (yang ngajar ada juga alumni STMIK + birokrat setempat).
Mereka sekitar 40 ditempatkan dibeberapa tempat,termasuk di PTIK Unhas dan Jur Elektro. Yang di tempat lain bayangkan mereka cuma duduk di emperan tidak tahu mau kerja apa, ditempat lain mereka disuruh "nyapu"....

Bayangkan mereka sudah mau tamat S1 dan D3 tidak bisa install window, ataupun Linux. Hampir tidak ada yang tahu programming....

Terpaksa saya ajarin install windows, cek kabel UTP dam buat LAN, bantu pasang WLAN untuk Kopertis dan main Internet untuk dapat bahan-bahan yang saya suruh cari dsb, dsb..... wah yang mereka yang PTIK ngomong ke teman-temannya.... lalu teman mereka pada ribut minta ke Unhas, terpaksa lagi saya atur agar bisa ke Divyan PTIK agar bisa menmpung mereka.....

Nangis saya 2 kali, pertama sedih kemampuan mhs tersebut yang sangat rendah akibat kekurangan fasilitas dan kualitas pengajar, kedua nangis
lagi sebab mendengar perlakuan terhadap mereka di Makassar oleh Unit kerja yang ditunjuk. Kalo memang tidak mau melakukan apa-apa pada mereka kan lebih baik jangan diterima.....

Tulisan saya mengenai Tidore ini hanya untuk menunjukkan kepincangan yang terjadi pada sistim pendidikan kita....

…………………..

Agar tidak terjadi kesalahpahaman nanti, diskusi yang dilakukan lewat email antara beberapa anggota mailing list IATEL ini masih saya simpan dengan baik.

Pada tulisan ini saya berusah memberikan usulan untuk menghindari terulangnya kejadian seperti ini di masa-masa mendatang. Saya tidak akan membicarakan semua hal, termasuk persoalan dana yang sempat diributkan oleh beberapa mahasiswa.

Setelah mempelajari tahapan proses kerja praktek ini, memang ada beberapa yang menjadi sumber masalah (selain masalah masih kurangnya pengetahuan mahasiswa yang pergi kerja praktek).

1. Proses Pengajuan Kerja Praktek

Dari kenyataan yang terjadi, saya melihat bahwa kesemua proses mulai dari pencarian lokasi kerja praktek sampai transportasi dan makanan semua diatur oleh pihak kampus. Bahkan ada informasi bahwa, kerja praktek harus dilakukan di Makassar agar bisa mendapatkan ilmu yang banyak.

2. Penempatan Kerja Praktek

Penempatan mahasiswa dilakukan secara serempak dibeberapa tempat.

3. Pengaturan

Berikut ini usulan proses kerja praktek yang isa menyenangkan semua orang, sebab hal inilah yang kita inginkan.

Proses pengusulan lokasi kerja praktek.

Sebenarnya, pihak kampus sebaiknya menyerahkan hal ini kepada mahasiswa. Jadi dua atau tiga orang mahasiswa membentuk sebuah kelompok yang kemudian mencari sendiri lokasi temapt mereka akan kerja praktek dan mengusulkannya ke Program Studi. Dalam usulan tersebut, selain memuat lokasi tempat kerja paktek, juga sudah memberikan pemaparan yang jelas tentang apa saja yang akan mereka lakukan selama disana dan hasil yang akan mereka dapatkan. Bisa saja dibuat forum khusus untuk mempresentasikan hal ini dan dihadiri oleh 2 atau 3 orang dosen untuk memberikan saran kritikan atau yang lainnya demi lebih sempurnanya kegiatan tersebut. Presentasi untuk setiap kelompok tidak perlu terlalu lama, yang penting esensi dari kegiatan sudah diketahui. Forum ini bisa dijadwalkan di awal-awal semster.

Jika sudah disetujui, Program Studi kemudian membuatkan Surat Permohonan Kerja Praktek, dan surat tersebut diantar oleh mahsiswa yang bersangkutan ke kantor atau perusahaan yang diusulkan. Jika kantor/perusahaan tersebut setuju, dia harus memberikan surat balasan yang biasanya sekaligus memberikan keterangan fasilitas-fasilitas apa saja yang diberikan (Biasanya untuk perusahaan besar, bisa memberikan akomodasi dan transportasi gratis, bahkan gaji selama di sana).

Kemudian Program Studi kembali memberikan surat pengantar kepada mahasiswa tersebut dan memulai kerja prakteknya.

Adapun jika kantor/perusahaan yang dituju menolak, maka mahasiswa tersebut harus berusaha mencari tempat kerja lain.

Penempatan Kerja Praktek

Dengan cara seperti di atas, dimana penempatan tempat kerja praktek dicari sendiri oleh mahasiswa, maka baik tidaknya tempat yang dituju tergantungdari mahasiswa itu sendiri. Sehingga mahasiswa tidak bisa menyalahkan pihak kampus dalam hal ini.

Selain itu, bisa saja di sebuah perusahaan ditempatkan beberapa kelompok karena mereka bisa melakukan kerja praktek dengan materi yang berbeda. Lain halnya yang terjadi di Makassar, bahkan mereka tidak tahu mau buat apa karena tidak adanya perencanaan dari sisi mahasiswa apa yang mereka mau lakukan. Sebab mereka juga tidak tahu akan ditempatkan dimana.

Nah.. jadi pertanyaan, apakah dosen perlu ikut berpartisipasi selama kerja praktek? Saya pikir tidak, karena biasanya di tempat kerja praktek pimpinan kantor tersebut sudah menyediakan orang yang siap memberikan bimbingan selam kerja praktek. (Permintaan penyediaan tenaga pendamping dari kantor/perusahaan bisa dilakukan pada saat pengiriman Surat Permohonan Kerja Praktek)

Dosen baru berperanan ketika mahasiswa sudah selesai melakukan kerja praktek yang disertai dengan laporan yang mereka bawa. Dosen akan melakukan sedikti wawancara secara non-formal kepada mahasiswa-mahasiswa tersebut tentang apa-apa yang dia telah lakukan, sebelum diberi nilai.

Proses yang saya usulkan ini banyak mengandung manfaat, baik bagi mahasiswa, maupun bagi kampus.

1. Bagi mahasiswa, jika bisa mendapatkan tempat kerja yang bagus, bisa saja justru memperoleh tempat kerja praktek yang menanggung semua ongkos akomodasi dan transportasinya. Bahkan pada perusahaan-perusahaan tertentu, mereka bisa memberikan tambahan uang saku.

2. Mahasiswa sudah mulai belajar membuat perencanaan, mempresentasikan dan mempertahankan argumennya di depan dosen. Hal ini paling tidak sebagai ajang latihan sebelum ujian akhir.

3. Proses yang dilakukan, mulai dari pengusulan proposal sampai selesai tidak rumit dan mengerahkan seluruh tenaga untuk mengurusnya. Proses ini bisa dianggap seperti proses administrasi biasa yang terjajdi setiap hari.

4. Biaya yang dibutuhkan bisa relatif sedikit. Tergantung dari mahasiswa tersebut. Kalau mempunyai uang banyak, mereka bisa ke luar propinsi. Tapi kalau dana sedikit, cukuplah di Maluku Utara. Sebab jika mereka keluar jauh, belum tentu mereka mendapatkan ilmu yang banyak. Hal ini sudah terbukti pada pelaksanaan yang lalu, seperti yang disiratkan oleh pak Tahir di emailnya.

5. Kalau poses ini sudah bagus dan terasa menguntungkan bagi kantor/perusahaan, ada kemungkinan di masa mendatang justru kantor/perusahaan tersebut yang mengirimkan surat permohonan ke STMIK agar mengirimkan mahasiswanya untuk kerja praktek di sana.

Metode seperti yang saya usulkan ini tentu saja tetap mempunyai celah bagi mahasiswa yang ingin berlaku curang. Misalnya mereka hanya sekadar pergi jalan-jalan selama dua bulan. Kemudian dengan persetujuan pembimbingnya disana, semuanya dianggap selesai. Jika hal seperti ini terjadi, maka dikembalikan ke dosennya untuk memberikan nilai seminimal mungkin.Sebagai dosen, tentunya hal seperti ini sangat mudah untuk dideteksi dengan mengajukan beberapa pertanyaan saja. Sebab nilai yang akan dicantumkan ditranskrip bukan nilai yang diberikan oleh pembimbing di tempat kerja praktek, tetapi diberikan oleh dosen yang menguji apa saja yang telah ia dapat. Semakin sedikit didapat, tentu semakin sedikit pula nilainya.

Tapi bagaimana kalau hal seperti ini belum pernah dilaksanakan oleh Sekolah Tinggi Komputer yang lain? Ah.. saya pikir tidak jadi masalah.

Kalau memang belum pernah dilaksanakan… mari kita menjadi perguruan tinggi yang pertama kali memulainya.

Apa yang saya tuliskan ini, merupakan hasil dari pengalaman menjadi mahasiswa yang pernah kerja praktek dan pelajaran yang saya dapatkan selama magang di LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat) Universitas Gadjah Masa.

Semoga bermanfaat bagi kita semua…!

0 comments:



Free Web Hosting with Website Builder
Template by : kendhin x-template.blogspot.com